Survival Dasar yang Harus diketahui Oleh Pendaki

 Setiap pendaki pemula sebaiknya memiliki bekal keterampilan survival. Apa itu survival? Survival yakni situasi di mana pendaki seharusnya mempertahankan hidup di alam bebas sebelum kedatangan regu penyelamat. Keadaan survival dapat terjadi pada pendaki yang tersesat, kehabisan logistik hingga pendaki yang terjebak badai. Kita tidak tahu, musibah apa yang akan terjadi di atas gunung. Maka dari itu, banyak pendaki senior yang mewanti-wanti pendaki junior untuk belajar keterampilan survival sebelum mendaki gunung. Kamu baru berkeinginan belajar mengenai keterampilan survival? Berikut metode survival di gunung untuk pendaki pemula:



1: Kenali situasi survival secepat mungkin

Kian cepat seorang pendaki menyadari situasi survival, kian cepat dia akan keluar dengan selamat dari situasi survival. Maksudnya demikian ini, banyak pendaki pemula yang telah tersesat di gunung, merasa dirinya belum tersesar. Kesudahannya, dia tersesat masuk terlalu jauh ke dalam hutan.

Bila, dia menyadari bahwa dirinya tersesat semenjak awal. Ia akan segera mempersiapkan diri untuk masuk ke mode survival. Survival yakni situasi di mana pendaki gunung seharusnya bertahan hidup dengan peralatan ala kadarnya di dalam hutan. Dengan semacam itu, pendaki dapat bertahan hidup hingga regu penyelamat tiba.

Kenapa kami memberi saran untuk mengenali situasi survival secepat mungkin?

  • Pertama, mencegah pendaki tersesat terlalu jauh ke dalam hutan.
  • Kedua, mencegah pendaki terserang acute mountain sickness (AMS) karena kedinginan dan kelaparan. Penyakit gunung ini dapat bikin pendaki hipotermia, halusinasi hingga meninggal.
  • Ketiga, sesegera mungkin pendaki melakukan kalkulasi ulang kebutuhan logistik dan air.
  • Terakhir, memberikan sinyal petunjuk bahaya supaya segera mendapatkan pertolongan dari pendaki lain atau regu SAR.

Sejujurnya, survival itu dapat terjadi kepada siapa saja. Entah itu, pendaki pemula maupun pendaki senior. Karena di dalam setiap pendakian ada subjective danger dan objective danger.

Subjective danger yakni bahaya yang disebabkan oleh kelalaian pendaki gunung. Seumpama, salah memilih jalan, kelelahan, ketakutan, hingga menyepelekan ancaman dari lingkungan di sekitarnya.

Objective danger yakni bahaya yang disebabkan oleh situasi alam. Seumpama, terjadi badai, gunung meletus, hingga kebakaran hutan. Artinya, ada unsur alam yang membahayakan pendaki.

Bila kamu mengerti akan hal tersebut, kamu dapat sensitif kapan masuk ke dalam survival dan kapan keluar dari survival. Dengan semacam itu, kamu dapat membikin strategi yang ideal. Urutan strategi untuk survivor seperti ini:

  • Stop.
  • Think.
  • Observe.
  • Plan.

Bila sadar kamu telah tersesat, tandanya kamu menjelang situasi survival. Langsung hentikan perjalanan. Bila komunikasikan kepada regu pendakian. Lalu, berpikir secara logis terkait logistik, air minum dan situasi kesehatan. Selanjutnya, analitik  lingkungan. Terakhir, rencanakan strategi survival yang efisien.

2: Meyakinkan diri bahwa kamu akan selamat dan tetap hidup

Tetapi yang paling mengerikan dari survival itu bukan kehabisan makanan atau minuman ketika di hutan. Berdasarkan, pikiran dan hati yang ketakutan ketika kalut. Kesudahannya Agatha Christie, “Ketakutan yakni produk dari pengetahuan yang tidak komplit”. Artinya apa? Artinya, ketika pendaki yang tersesat di gunung tidak mulai mengumpulkan pengetahuan dan berpikir logis, dia akan dikuasai oleh rasa takut. Kesudahannya, pendaki mengalami stres berat, halusinasi dan kecelakaan gunung.

Keadaan ketakutan benar-benar tidak baik untuk menjalani survival. Karena dasar dari teknik survival yakni ketajaman pengamatan, seni berpikir kritis dan efisien dan keterampilan untuk bertahan hidup. Bila pendaki telah menyerah, pasrah dan ketakutan, dia tidak dapat bertahan hidup.

Maka dari itu, sesudah kamu menyadari bahwa kamu masuk mode survival, segera yakinkan dirimu. Yakinkan, bahwa kamu seharusnya tetap hidup. Bagaimanapun caranya, keyakinan ini perlu kamu tanamkan terus menerus selama masa survival. Karena kian berat situasi survival kian lemah mental seseorang. Bila kamu survival berkelompok, kamu dapat saling menyemangati antar pendaki.


3: Langsung membikin shelter atau bivak untuk perlindungan

Hangat kamu meyakinkan dirimu untuk menjadi survivor, kamu alat perlu perlindungan diri. Kita tahu di dalam hutan akan ada banyak bahaya, seperti: hawa dingin, hujan, badai, pohon tumbang hingga serangan binatang buas. Untuk itu kamu perlu alat pelindung tubuh, seperti:

  • Celana panjang.
  • Baju gunung.
  • Bila lengan panjang.
  • Sarung tangan.
  • Sepatu.
  • Pisau survival.
  • Topi.

Intinya, keluarkan peralatan mendaki gunung yang kamu bawa untuk kamu gunakan sebagai pelindung dasar. Bila kamu tidak punya peralatan tersebut, kamu dapat membuatnya dari alam.

Metode, kami akan menerangkan materi berikutnya. Sesudah survival di gunung berikutnya yakni membikin shelter atau bivak. Shelter yakni daerah perlindungan bagi pendaki dari ancaman alam liar. Ancaman dari alam liar dapat berupa temperatur dingin, cuaca buruk, badai, kebakaran, hingga ancaman binatang buas. Hangat mengerti akan pentingnya shelter, sekarang kami akan memberikan penjelasan perihal bermacam-macam tipe shelter.

Seumpama shelter berupa rumah singgah sementara untuk pendaki beristirahat dan bermalam. Secara biasa, shelter dibedakan dalam 3 kategori yaitu. 

  1. Shelter alami. 

Shelter alami yakni shelter yang terbentuk akibat fenomena alam. Seumpama: gua, cekungan tebing, hingga akar pohon yang pembentuk atap. Bila kamu mengaplikasikan shelter alami, pastikan tidak ada penghuni lain di sana. Karena lazimnya shelter alam itu juga diterapkan perlindungan binatang lain. Seumpama: kelelawar, ular, kucing hutan, kijang, dsb.

Untuk memberikan gambaran tentang shelter alami coba perhatikan gambar di bawah ini

      2.Shelter alam buatan. 

Shelter alam buatan yakni shelter yang sengaja diwujudkan manusia dengan metode mengumpulkan ranting-ranting pohon. Ranting-ranting dan batang pohon ini disusun hingga menjadi semacam gubuk kecil. Banyak pendaki menyebutnya bivak darurat.

Untuk memberikan gambaran tentang shelter alam buatan coba perhatikan gambar di bawah ini



       3.Shelter portable. 

Shelter portable yakni shelter yang dapat dibongkar pasang. Shelter kategori ini yakni kemah, dome, tarp tent, hingga flysheet.

Untuk memberikan gambaran tentang shelter porteble coba perhatikan gambar di bawah ini



Ada 4 hal yang perlu kamu observasi ketika memilih lokasi shelter di gunung:

  • Pertama, jauhi aliran sungai.
  • Kedua, hindari zona rawan longsor dan zona pohon tumbang.
  • Ketiga, pastikan jauh dari sarang serangga atau binatang buas.
  • Terakhir, pastikan shelter telah berdiri sebelum sang surya terbenam.

 Dengan membatasi 4 prinsip di atas, kamu dapat membangun shelter dengan aman.

4: Mencari sumber air untuk minum

Sesudah survival di gunung berikutnya yakni mencari sumber air minum. Air yakni sumber kehidupan di alam bebas. Di mana, tanpa air, survivor cuma dapat hidup hingga 3 hari. Berbeda ketika survivor dapat menemukan sumber air minum. Survivor yang mendapatkan air, dia dapat hidup hingga 3 minggu tanpa makan. Dengan semacam itu, langkah ke-3 sesudah mendapatkan shelter yakni menemukan sumber air minum untuk bertahan hidup.

Berikut ini sebagian sumber air di gunung yang dapat kamu gunakan untuk minum:

  • Mata air. Mata air di gunung dapat berupa sumur, sendang atau danau.
  • Aliran sungai. Seumpama pohon di gunung dapat menciptakan air. Seumpama: pohon beringin. Air dari pohon beringin akan mengalir dari hulu ke hilir melewati aliran sungai.
  • Tumbuhan. Seumpama tumbuhan berbatang menaruh kandungan air yang dapat kamu gunakan untuk minum. Seumpama, tanaman begonia, bambu dan akar gantung.
  • Genangan air. Tetapi hujan, genangan air di parit, cekungan batu hingga kubangan dapat jadi sumber air. Membuat, kamu perlu mengolah air genangan sebelum diminum.
  • Kondensasi tanaman. Mencari air dengan memerangkap uap air yang dilepaskan tanaman ketika tumbuhan melakukan pengerjaan respirasi.

5: Membuat perapian

Tetapi malam telah tiba, kamu telah mendapatkan daerah berlindung dan air. Membuat, survival kamu baru saja di mulai. Karena ketika malam tiba, situasi udara akan benar-benar dingin ketika di gunung. Keadaan dingin dapat memicu gejala hipotermia dan acute mountain sickness bagi survivor. Karena hingga survivor sakit hingga berhalusinasi dia dapat celaka. Karena halusinasi dapat membikin pendaki makin tersesat, ketakutan, stres hingga jatuh ke lembah. Seumpama pendaki yang tersesat malahan mendengar bunyi-bunyi aneh ketika berhalusinasi. Karena memperhatikan jurik hingga mendengar namanya dipanggil di tengah gelapnya hutan.

Untuk memecahkan hal tersebut, berkeinginan tidak berkeinginan kamu seharusnya membikin perapian. Api akan membikin kamu suasana lebih hangat dan hening. Sehingga, potensi ketakutan, hipotermia hingga stres dapat berkurang. Bila kamu ragu, pokoknya kamu seharusnya berpikir logis. Apa malahan yang kamu lihat, dan apa malahan yang kamu dengar ketika survival, seharusnya kamu akal dengan logis. Karena ketika sendirian indra pendengaran dan penglihatan sering kali error karena kita diselimuti rasa takut yang mencekam.


Untuk membikin api di gunung, kamu perlu 3 komponen di bawah ini:

  • Pertama, bahan yang mudah terbakar. Seumpama: ranting kering, kayu kering, jamur api, kawul (kulit pohon suwangkung), parafin, tinder, dsb.
  • Kedua, pemantik api atau sumber panas. Seumpama: korek kayu, korek gas, fire starter, dsb.
  • Ketiga, oksigen dari udara. Kamu perlu mengipasi atau peniup untuk menambah jumlah oksigen di dalam perapian supaya nyala api makin besar.

Tetapi kamu melakukan survival, kumpulkan bahan material untuk perapian secara berjenjang. Bila ketika jalan kamu menemukan ranting kering, ambil. Ada pohon tumbang yang telah mati, ambil kayunya. Bila ada jamur api, ambil. Ada pohon palm, dekati. Siapa tahu itu pohon suwangkung. Bila benar pohon suwangkung, kikis komponen batangnya untuk mengumbulkan kawul. Intinya, ke mana malahan kamu bergerak ketika survival, mulailah mengumpulkan.

cara membuat perapian :

  • Buat gundukan tanah sebagai daerah perapian.
  • Kumpulkan kayu kering, ranting kering, kawul, kulit kayu kering ke daerah perapian.
  • Susun kayu perapian dengan metode upside down fire. Kami telah mencoba bermacam-macam tipe metode membikin api unggun di gunung. Bila teknik upside down fire yakni teknik yang paling tepat sasaran. Nyala api tetap, tidak cepat habis dan lama. Jadi, kamu akan merasakan kehangatan dalam waktu lama. Bila atas tumpukan kayu, kamu kasih kawul, jamur api, parafin atau ranting kering. 
  • Hangat itu, nyalakan secara pelan dengan pemantik api atau korek gas yang kamu punya.
  • Biarkan api menyala dari atas. Kipas-kipas saja pelan hingga bara api di komponen atas terbentuk.
  • Bila telah nyala, biarkan perapian menyala hingga habis. Jangan kamu tambah kayu lagi. Bila nanti telah berkeinginan habis, kamu dapat mulai buat dari awal. Tujuannya supaya tidak boros sumber bahan bakar.

Api telah menyala, waktunya memasak makanan.

Hangat kamu mendapatkan api, kamu dapat menghangatkan diri. Dalam situasi hangat dan cukup bekal minum, otak kamu telah dapat berjalan dengan baik. Maka hari berikutnya, saatnya untuk mencari makanan di gunung untuk bertahan.

6: Mencari makanan untuk bertahan hidup

Sesudah survival di gunung berikutnya yakni mencari makanan untuk bertahan hidup. Pada awal tulisan kami telah menerangkan bahwa manusia dapat hidup tanpa makan hingga 3 minggu. Kodok, apabila benar-benar tanpa makan, kamu tidak akan punya daya untuk turun gunung dan cari pertolongan. Untuk itu, kamu juga perlu mempelajari keterampilan mencari makanan di gunung.

Sumber makanan survivor ketika di gunung ada dua tipe, yakni sumber  makanan hewani dan sumber makanan nabati.


Sumber makanan hewani yakni sumber makanan yang berasal dari binatang yang tinggal di gunung. Sumber makanan hewani benar-benar kaya akan protein. Sehingga kamu akan awet kenyang, bertenaga dan tidak mudah lapar.

Seumpama teladan binatang di gunung yang dapat dimakan oleh survivor:

  • Serangga.
  • Kamu keluarga unggas, seperti: ayam hutan, burung, bebek, angsa, dsb.
  • Cacing.
  • Bekicot.
  • Kadal.
  • Hewan.
  • Tupai.
  • Tikus hutan.
  • Kelinci.
  • Rusa.
  • Babi hutan.
  • Biawak.
  • Ular.
  • Musang.
  • Anjing hutan.

Biarpun nantinya kamu memperhatikan banyak binatang di gunung, bukan berarti kamu mudah untuk menangkapnya. Tetapi ini karena binatang punya insting bertahan hidup juga. Ia akan selalu menjauhi ancaman. Untuk itu, kamu perlu berburu. Kamu dapat menciptakan tombak atau panah untuk berburu. Bila kamu dapat membikin perangkap binatang untuk menjerat binatang yang sedang mencari minum.

Dikala yang kamu dapat nantinya perlu kamu kulit dan dimasak secara khusus dahulu. Jadi, nggak dapat segera dimakan mentah-mentah. Metode karena binatang di hutan hidup dilingkungan kumuh yang rawan akan bakteri dan bakteri. Maka dari itu, kamu perlu memanggang atau memasaknya lebih dahulu.

Bila sumber makanan hewani, kamu dapat mendapatkan makanan dari tumbuhan. Tumbuhan di gunung kaya akan karbohidrat, senyawa anti oksidan dan vitamin. Membuat, kamu perlu memilih tumbuhan yang layak makan dengan jeli. Karena sebagian tumbuhan di gunung ada yang beracun. Biar kamu nggak salah pilih tumbuhan, berikut ini sebagian tumbuhan yang dapat kamu makan di gunung:

  • Tunas bambu atau rebung.
  • Tanaman polong-polongan tipe begonia.
  • Batang komponen dalam tanaman palm tipe suwangkung.
  • Buah beunying/ara.

Umbi-umbian, seperti: ketela singkong, ubi ungu, wortel, bengkoang, dsb.

Buah-buahan segar seperti mangga, kesemek, jambu, pisang, dsb.

Tanaman sayur.

Tanaman sagu.

Jantung pisang.

Tetapi kamu memastikan untuk mengonsumsi sumber makanan nabati di gunung, berhati-hatilah. Pastikan melakukan percobaan edible secara khusus dahulu untuk mendeteksi getah beracun.

Sesudah Bila apa itu buah beracun atau tidak :

Pertama, kupas batang atau buah yang kamu dapat.

Kedua, oleskan getah di telapak tanganmu. Bila rasakan, apakah ada reaksi pada telapak tangan? Bila telapak tangan menjadi gatal atau bereaksi, membuang. Tanaman itu tidak layak makan.

Ketiga, apabila lolos uji percobaan di telapak tangan, coba olehkan ke punggung tangan. Kulit di punggung tangan lebih sensitif kepada senyawa beracun. Bila tidak ada reaksi, silakan lanjut ke tahap berikutnya.

Keempat, taruh makanan di lidah dan diamkan selama sebagian menit. Bila ada reaksi di lidah berarti tanaman tersebut membahayakan. Bila tidak, berarti layak makan.

Terakhir, makan sedikit tanaman tersebut dan tunggu hingga 5 menit. Bila lambung kamu mendadak sakit, jangan diteruskan. Bila lambung ngasih sinyal hijau, lanjutkan makan. Karena perlu, kamu bawa banyak tanaman tersebut sebagai bekal.

Tetapi kamu memastikan untuk mencukupi kebutuhan daya dari sumber nabati, pastikan kamu makan 5 tipe buah atau tanaman. Kamu nggak boleh cuma makan satu tipe saja. Karena kamu akan kekurangan daya dan nutrisi. Suara kamu makan binatang buruan dan tanaman. Metode telah cukup untuk mengisi daya dan nutrisi tubuh.


7: Memberikan sinyal SOS untuk berkomunikasi dengan regu pencari

Pada review sebelumnya, kita telah belajar bagaimana metode membangun shelter, mencari air hingga mencari makanan. Dengan mengandalkan keterampilan tersebut, kita dapat bertahan hidup di gunung. Akan tetapi, itu belum memecahkan keadaan sulit. Karena tujuan dari survival yakni tetap hidup dan selamat hingga regu penyelamat tiba.


Lalu, timbul pertanyaan dari survivor, “Bagaimana metode memberi petunjuk kepada regu pencari? Bagaimana metode berkomunikasinya?”.

Sesudah paling mudah dengan meninggalkan jejak survivor. Jejak yakni bentuk komunikasi antara survivor dan regu search and rescue (SAR).

Pertanda regu SAR menemukan jejak tebasan, jejak bivak, dan jejak komunikasi lainnya, mereka akan memperkecil kawasan pencarian. Kian kecil lingkup pencarian, kian mudah survivor ditemukan dalam situasi selamat. Maka dari itu, ketika kamu telah secara sadar masuk dalam situasi survival, segera tinggalkan jejak komunikasi.


Berikut ini sebagian bentuk komunikasi darurat (sinyal SOS) yang perlu pendaki pelajari:

Komunikasi SOS melewati tulisan. Survivor meninggalkan petunjuk dengan menulis pesan SOS pada media kain/tali webbing/kertas. Lalu, petunjuk itu diikat pada daerah yang mencolok supaya mudah ditemukan regu penyelamat. Pada pesan tersebut jelaskan 4 hal: nama dan jumlah anggota, situasi kesehatan, jumlah logistik dan tujuan survival berikutnya.

Komunikasi SOS melewati bunyi. Survivor membunyikan peluit dengan sandi morse untuk sinyal S.O.S. Arah kesepakatan internasional, sinyal Morse S.O.S untuk peluit yakni 3 bunyi pendek, 3 bunyi panjang, 3 bunyi pendek (…—…).  peluit dengan sinyal Morse S.O.S dapat mencapai jarak 1,6km ketika di gunung. Artinya, apabila ada regu penyelamat dalam radius 1,6km, mereka akan segera tahu posisimu. Bila memberikan sinyal komunikasi balasan.

Komunikasi SOS melewati sinar.  yakni salah satu media komunikasi yang tepat sasaran ketika survival. Untuk siang hari, survivor dapat mengaplikasikan almunium foil untuk memantulkan sinar sebagai penanda lokasi. Siapa tahu ada regu penyelamat yang mengerahkan helikopter untuk melakukan pencarian di siang hari. Pada malam hari, survivor dapat mengaplikasikan lampu senter, lilin atau api unggun. Di gunung ketika malam hari, nyala sebatang lilin dapat tampak benar-benar terang dari jarak yang benar-benar jauh.

Komunikasi SOS melewati asap. Asap yakni salah satu petunjuk komunikasi S.O.S yang cukup tepat sasaran. Survivor tinggal membikin api unggun yang dapat menciptakan kepulan asap putih. Kodok, pastikan tidak membakar hutan ya. Hehe. Buat asapnya dari api unggun saja.  penyelamat yang tahu sinyal asal, dia akan naik ke lokasi yang lebih tinggi untuk mengenal koordinat survivor. Bila cepat atau lambat survivor akan ditemukan.

Komunikasi SOS melewati petunjuk visual.

  komunikasi S.O.S lainnya dengan meninggalkan petunjuk visual. Karena: meninggalkan bekas sayatan di pohon, meninggalkan pakaian, meninggalkan cangkir minum, dsb. Intinya, meninggalkan benda yang dapat tampak mencolok secara visual supaya mudah ditemukan regu penyelamat.

Dari bermacam-macam sinyal komunikasi S.O.S di atas, sinyal tulisan dan peluit yakni sinyal S.O.S terbaik. Tetapi ini dikonfirmasi oleh regu SAR gunung. Survivor yang memberikan sinyal S.O.S melewati tulisan dan peluit lazimnya ditemukan dalam situasi selamat.

8: Navigasi darat untuk menemukan jalan kembali ke basecamp

Sesudah survival di gunung yang terakhir yakni navigasi darat. Pada situasi ini, survivor membawa perangkat alat navigasi untuk penjelajahan di alam terbuka, di antaranya:

  • Bidik analog.
  • Peta pendakian.
  • Peta topografi gunung.
  • Peta GPS komputerisasi.
  • Catatan singkat perihal medan pendakian.

Dengan berbekal keterampilan navigasi darat, survivor dapat selamat. Survivor dapat mengaplikasikan kesanggupannya dalam memastikan posisi dia ketika ini di dalam peta dengan bantuan kompas bidik maupun peta GPS komputerisasi. Dengan bekal informasi ini, survivor dapat pelan-lahan turun ke arah yang benar.

Biarpun nantinya dia perlu menaiki bukit atau menuruni tebing, setidaknya dia telah menemukan jalur turun ke arah basecamp. Dengan semacam itu, survivor dapat terhindar dari lembah, hutan tidak terjamah yang banyak binatang buasnya. Syukur-syukur survivor dapat kembali ke jalur pendakian lagi. Dengan semacam itu, survivor akan jauh lebih cepat untuk ditemukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Itu Alga Merah? Yuk Simak !

Resep Seblak Mie

Manfaat Teripang Laut